Pandangan Ulama Mutakhir tentang I'jaz AI-Quran
Baru-baru ini Doktor Rasyad Khalifah menulis sebuah buku mengenai
i’jaz adadi Al-Quran dengan kunci angka 19. Buku tersebut oleh Muhammad
Shidqi Bek diberi catatan dan beliau menemukan beberapa kesalahan pada
penghitungannya. Berikut ini adalah beberapa catatan yang saya lakukan
berdasatkan perhitungan yang dilakukannya.
Pertama, Doktor Rasyad Khalifah tidak menghitung huruf mudha'aj
sebagai dua huruf; beliau menghitungnya satu huruf. Kedua, beliau
hanya menghitung satu basmalah untuk seluruh Al-Quran; beliau tidak
menghitung basmalah di dalam 112 surat yang lain. Ketika beliau tidak
menghitung 112 basmalah tersebut, maka berarti beliau mengesampingkan kata
"Allah", "Al-Rahman", dan "AI-Rahim". Mengenainya, beberapa catatan penting
diberikan oleh Muhammad Shidqi Bek. Korespondensi antara keduanya pun, untuk
menyempurnakan tulisan mengenai studi Al-Quran tersebut dan penyingkapan
mukjizatnya yang semakin hari semakin terungkap, sudah
dilakukan.
Di antara studi Rasyad Khalifah yang saya garisbawahi ialah bahwa
sesekali beliau memasukkan basmalah pada setiap awal surat kepada
perhitungannya, akan tetapi pada kali lain beliau tidak menghitungnya. Saya
tidak tahu atas dasar rumus apa beliau menghitungnya. Semestinya suatu rumus
hitungan harus ditolak ketika ada kekecualian, kecuali bila ada alasan rasional
yang bisa memasukkan kekecualian tersebut dalam perhitungan. Karena asumsinya
berkenaan dengan jumlah, yang merupakan persoalan matematis, sementara aturan
umum (general rule), tidak bisa menerima perkecualian-perkecualian.
Dengan begitu, maka ketika itu masalah i’jaz menjadi tegas. Kritik lain
yang bisa disampaikan kepada Doktor Rasyad Khalifah adalah klaimnya bahwa hari
kiamat akan terjadi pada tahun 1709 H. 'Tentunya juga termasuk
persoalan-persoalan lain yang memerlukan pembahasan panjang yang perlu buku
khusus untuk membahasnya. Namun demikian, selayaknya kita sampaikan penghormatan
kepada beliau atas kesungguhannya melakukan penelitian dalam studi AI-Quran
sebagai pengabdian terhadap AI-Quran,juga kesungguhan yang dilakukan oleh para
peneliti yang lain dalam lapangan ini, selama tidak bertentangan dengan
Kitabullah dan Sunnah yang suci.
Abdul Razaq Naufal juga menulis mengenai i’jaz 'adadi dalam
buku yang berjudul AI- i’jaz Al-'Adadiy fi Al-Quran Al Karim.
Dalam buku tersebut beliau menulis beberapa tema. Pada tema-tema tersebut,
beliau menjelaskan keharmonisan dan kesesuaian yang terjadi di antara jumlah
kata-kata Al-Quran. Berikut ini adalah di antara sejumlah perhitungan yang
benar-benar merupakan mukjizat:
Kata "Iblis" (la'nat Allah 'ahih) dalam AI-Quran disebutkan
sebanyak 11 kali, sementara "isti'adzah "juga disebutkan sebanyak 11
kali. Kata "ma'shiyah" dan derivatnya disebutkan sebanyak 75 kali,
sementara kata "syukr" dan derivatnya juga disebutkan sebanyak 75
kali.
Kata "al-dunya" disebutkan sebanyak 715 kali. Begitu juga kata
"al-akhirah". Kata 'al-israf" dengan berbagai derivatnya
disebutkan sebanyak 23 kali. Begitu juga kata kebalikannya, yaitu kata
"al-sur ah" dengan berbagai derivatnya disebut sebanyak 23 kali. Kata
"malaikat" disebutkan sebanyak 88 kali. Sementara kata "al-syayathin"
juga disebutkan sebanyak 88 kali. Kata "alsulthan" dengan berbagai
derivatnya disebutkan sebanyak 37 kali dan kata kebalikannya, yaitu kata
'al-nifaq" dengan berbagai derivatnya juga disebutkan sebanyak 37 kali.
Dan kata "al-harr" (panas) disebutkan 4 kali, sama dengan kata
kebalikannya, yaitu kata "al-harb" (dingin). Di dalam Al-Quran, kata
"al- harb" (perang) dengan berbagai derivatnya disebutkan sebanyak 6
kali.
Begitu juga kata "al-usra" (tawanan) dengan berbagai derivatnya
disebutkan sebanyak 6 kali. Kata "al-hayat" (hidup) dengan berbagai
derivatnya disebutkan sebanyak 145 kali, begitu juga kata "al-maut"
(mati) disebut 145 kali.
Kata "qalu" (mereka mengatakan) yang dinisbahkan kepada makhluk
disebutkan sebanyak 332 kali, begitu juga kata "qul" (katakanlah) yang
dinisbahkan kepada Al-Khaliq (Pencipta) disebut sebanyak 332 kali. Kata
"al-sayyiat" yang menjadi kebalikan kata "al-shalihat"
masing-masing disebut sebanyak 180 kali. Kata "al-rahbah" kebalikan
kata "al-ragbah" masing-masing disebut sebanyak 8 kali, sementara kata
'al-naf'u" (manfaat) dan kata "al fasad" disebut sebanyak 50 kali;
kata 'al-nas" dan 'a4 rusul" 368 kali; kata 'al-asbath" dan
'al-hawariyyun" 5 kali. Kata "al-jahr" dengan berbagai derivatnya
disebutkan sebanyak 16 kali, dan kata "al-'alaniyyah" dengan berbagai
derivatnya juga disebut sebanyak 16 kali. Kata "al-jaza" dengan berbagai
derivatnya disebut 117 kali, sementara kata "al-maghfirah" disebut dua
kali lipat 'al-jaza'; yakni 234 kali. Kata "al-dlalalah"
(kesesatan) dengan berbagai derivatnya disebut sebanyak 191 kali dan kata
"al-ayat" disebutkan dua kali kata "al-dlalah", yakni 282 kali.
Kata "yaum" (hari) dalam bentuk tunggal disebut sebanyak 365 kali,
sebanyak jumlah hari pada satu tahun Syamsyiyyah. Kata "syahr" (bulan)
disebut sebanyak 12 kali, sama dengan jumlah bulan dalam satu tahun. Begitu juga
kata "yaum" (hari) dalam bentuk mutsanna (dua) dan jama'
(plural) disebut sebanyak 30 kali sama dengan jumlah hari dalam satu
bulan.
Salah satu cendekiawan Muslim mutaakhir yang melakukan studi mengenai
masalah i’jaz adadi adalah Doktor Ali Hilmi Musa, seorang ahli fisika
yang mendalami kalkulator elektronik pada Universitas Kuwait yang telah meneliti
berbagai persoalan penting mengenainya. Beliau saya pandang sebagai seorang
peneliti yang telah mengerahkan segala daya dan upayanya yang sudah selayaknya
kita berterima kasih kepadanya; penelitian penting ini telah beliau lakukan secara mendalam. Antara lain yang beliau teliti adalah
akar kata bahasa Arab dan jumlahnya. Penelitiannya, dalam hal ini, yang menarik
buat kita adalah yang akurat yang dipublikasikan di dalam majalah Alam
AI-Fikr, seri kedua belas, terbitan Kuwait, tahun 1982 dengan judul:
Bantuan Alat-alat Hitung Elektronis Dalam Mempelajari Kata-kata Al-Quran
Al-Karim.
Pada mulanya beliau mulai mengisi memori komputer dengan data-data yang
ada di dalam Mu jam Al-Mufahras li Al-Fadh AlQuran Al-Karim yang disusun
oleh Muhammad Fu'ad Abdul Baqi. Pengisian data tersebut membutuhkan waktu selama
satu tahun. Pada pertengahan tahun tersebut beliau sudah menyelesaikan sejumlah
program yang direncanakan, yang tujuannya untuk menghitung jumlah kata-kata
dalam Al-Quran dan jumlah katakata yang dimulai dengan setiap huruf dari
huruf-huruf Arab; menghitung jumlah kata pada setiap surat, pertengahan
ayat-ayat panjang pada setiap surat; menghitung akar-akar kata tsulatsi
yang disebutkan satu kali; menghitung berapa jumlah akar kata "ilah" yang
menjadi akar kata Jalalah, yaitu kata "Allah", pada setiap surat dalam
Al-Quran. Beliau dapat menyimpulkan bahwa jumlah kata dalam Al-Quran adalah
51.900. Kebanyakan kata dimulai dengan huruf , jumlahnya 8310. sekitar 16%, yaitu hampir 1/6 kata-kata
dalam Al-Quran. Selanjutnya kata-kata yang dimulai dengan huruf , jumlahnya sebanyak 4086 kata, sekitar
8% dari huruf-huruf Al-Quran. Kata-kata yang dimulai dengan (3878), 7,5%. Kata yang dimulai dengan
huruf (3788), 7,3%; yang
dimulai dengan huruf
(3293), 6,3%; yang dimulai dengan huruf (2936), 5,7%; dan sisanya adalah kata-kata yang dimulai
dengan huruf-huruf sebagai berikut:
Apabila jumlah kata yang dimulai dengan enam huruf pertama kita
kumpulkan, yaitu huruf "hamzah", "qaf", "kaf", "ain", "ra", dan "nun" maka akan
kita dapati bahwa jumlahnya adalah 26.021 kata, dan ini artinya bahwa sebanyak
lebih dari setengah kata-kata Al-Quran dimulai dengan huruf-huruf tersebut. Saya
berpendapat bahwa enam huruf yang pertama tersebut semuanya termasuk huruf-huruf
nuraniyyah yang menjadi salah satu dari huruf-huruf
muqaththa'ah yang
29 surat Al-Quran dimulai dengannya.
Dalam AI-Quran juga terdapat banyak huruf tawaim dan tanasuq
seperti yang dijelaskan oleh Abdul Razaq Naufal dalam bukunya AI-Ijaz
AI-Adadi. Saya mempelajari buku beliau, juga buku Doktor Rasyad Khalifah.
Saya mulai berpikir bahwa selama persoalan tersebut dalam bentuk seperti itu,
mengapa tidak mungkin ada bentuk lain yang sama-sama memiliki
karakteristik demikian? Maka saya mulai meneliti kata-kata
mutawaim, hubungan di antara huruf-huruf tersebut, atau hubungan antara
kata-kata tersebut dengan jumlah. Kemudian saya mencarinya dalam AlQuran.
Setelah saya berusaha keras dengan sering berjaga pada malam hari, maka Allah
membukakan rahmat-Nya kepada saya. Rasa senang dan bahagia benar-benar memenuhi
jiwa saya setiap kali menemukan hubungan antara jumlah dan kalimat yang
disebutkannya dalam jumlah tersebut. Setiap kali saya menemukan sesuatu yang
baru sungguh bergetarlah badan saya; hati saya begitu terpana atas mukjizat yang
agung ini. Tentunya saya terus berharap agar saudara-saudara yang meneliti
persoalan ini terus melanjutkan kiprahnya. Semoga Allah mencurahkan
cahayacahaya baru kepada manusia dalam hal i’jaz AI-Quran AI-Karim.
Sungguh Allah Maha Pemberi karunia dan Mahamulia.
Inikan artikel Pandangan Ulama Mutakhir tentang I'jaz AI-Quran bermanfaat bagi Anda.
Post a Comment